Jumat, 26 Agustus 2011

Kisah Sang Petani

Malam itu;

Dinding itu diketuk
anyaman kulit bambu yang mulai lapuk
siapa nyana, itulah istimewanya
dari alam jualah ia mendapatkan
lantas kenapa kita selalu berserah

Pelan-pelan pintu dari anyaman itu dibuka
berderit-derit di malam sepi
tanpa lolongan anjing
hilir mudik kelelawar terdengar
jernih

Lelaki tua beruban itu masuk
di balik lampu teplok yang dijinjingnya
kokoh badannya masih tersisa
baju diikat di kepala
celana basah seluruhnya

Ada hujab besar tadi, ketika petir menyambar-nyambar
;gumamnya

Petak-petak telah selesai digarap
dengan pematang-pematang kokoh
yang berderet-deret
zamrud hijau tanah khatulistiwa
indah nian dikenang

[ Terbatuk-batuk mengucap syukur
disedotnya dalam-dalam lintingan daun enau ]

Beginilah setiap musim
berderai-derai di musim hujan
meranggas, berguguran
di musim kemarau

Kemarin petang;

Kudapati kabar Pak Kusno berpulang
selamat jalan petani sejati
petir kilat halilintar sahabatmu menanti
sawah gunung kekasihmu menunggu

Sepotong doa;

Semoga anak cucu tak digadai dengan emas perak permata 
dari tuan-tuan berambut api agar sahabat dan kekasihmu
tak dikangkangi dan dikencingi



      YKG, 23 / 08 / 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar