Jumat, 26 Agustus 2011

Gelisah

Dalam temaran gelap kelabu
Ketika lembayung di pusaran semesta
Menyentakan raga yang letih
Fiksi-fiksi yang menghujam nurani
Tak tabu berjumpalitan
Dari Jawadwipa bergema ke segala penjuru

Panjang punjur pasir wukir
Gemah ripah loh jinawi
Tata tentram karta rahardja

Kidung warisan turun temurun
Dongeng kisah negeri antah berantah
Alamnya indah, makhluknya perkasa
Serba tak kekurangan suatu apa
Nagari Nuswantoro

Seruninya tergurat dalam rontal-rontal
Keperkasaanya abadi dalam prasasti-prasasti
Keagungannya tergores pada candi punden berundak-undak
Wilayah kekuasaan makmur sentosa
Terbentang melintasi lautan dan daratan

( Malam ini terpekur;
Ruangan 2 x 3 tak kuasa mengekang pengembaraanku
kembali ke masa lalu
bergeliat ke hari-hari depan
dibabat hari ini )

Kemanakah sirna itu bermuara?

Di ibukota bocah itu mengais-ngais!

                                                                                      



                                                                                             YKG, 26 / 08 / 2011

Kisah Sang Petani

Malam itu;

Dinding itu diketuk
anyaman kulit bambu yang mulai lapuk
siapa nyana, itulah istimewanya
dari alam jualah ia mendapatkan
lantas kenapa kita selalu berserah

Pelan-pelan pintu dari anyaman itu dibuka
berderit-derit di malam sepi
tanpa lolongan anjing
hilir mudik kelelawar terdengar
jernih

Lelaki tua beruban itu masuk
di balik lampu teplok yang dijinjingnya
kokoh badannya masih tersisa
baju diikat di kepala
celana basah seluruhnya

Ada hujab besar tadi, ketika petir menyambar-nyambar
;gumamnya

Petak-petak telah selesai digarap
dengan pematang-pematang kokoh
yang berderet-deret
zamrud hijau tanah khatulistiwa
indah nian dikenang

[ Terbatuk-batuk mengucap syukur
disedotnya dalam-dalam lintingan daun enau ]

Beginilah setiap musim
berderai-derai di musim hujan
meranggas, berguguran
di musim kemarau

Kemarin petang;

Kudapati kabar Pak Kusno berpulang
selamat jalan petani sejati
petir kilat halilintar sahabatmu menanti
sawah gunung kekasihmu menunggu

Sepotong doa;

Semoga anak cucu tak digadai dengan emas perak permata 
dari tuan-tuan berambut api agar sahabat dan kekasihmu
tak dikangkangi dan dikencingi



      YKG, 23 / 08 / 2011

Kisah Abadi

Mega-mega tak lagi berkabut
jagat maya kembali dirasuk
mimpi adalah tonggak
ke mata angin mana bahtera kan berlayar

Sapuan kilau kemuning senja
setialah bianglala pada hujan panas
meringkih gemuruh petir halilintar
bukan, bukan kemarahan Zeus

Bukan pulau kilau gemerincing emas Midas

Dekapan bumi pada langit
warisan nubuat-nubuat leluhur
kisah lingga-yoni
bianglala pada hujan panas

Kendati nir eterna, selalu berulang selamanya



     

             YKG, 23 / 08 / 2011

Kabar Dari Jogja

Ini kisah tentang kota revolusi
Berpendar-pendar tahta Hyang Ganesha
Kota kaum inteletual muda
Berkobar-kobar jiwa raga menantang arus zaman

Tetapi itu kisah jadul
Ini Jogja abad dua puluh satu
Watak abad pertengahan masih hidup
Dan coraknya orientasi modal

Maharaja beristri penguasa laut selatan
Demikianlah mitos yang dianut kebanyakan
Dipuja dan diagungkan
Berbalas penggusuran dan pencaplokan

Parangkusumo, Parangtritis tumpah air mata
Tunawisma bercampur tuna susila
Apa peduli
Yang penting bisa lihat mentari esok hari

Maharaja tata tentram karta rahardja
dalam peraduannya









                   YKG, 23 / 08 / 2011

Bukan Subversi Pada Tuhan

Berabad-abad pohon, arwah moyang disembah
lalu munculah konsep Tuhan

Saya sungguh bingung apa itu Tuhan


 Sama herannya saya
pada tuah pohon dan arwah moyang

Sebegitu tak berartinyakah manusia dan alam
hingga harus bertekuk lutut pada hal-hal imajiner

[Maaf Tuhan, ---dimanapun anda berada,
ini bukan ungkapan subversif buatMu]

Jika semua itu sakti maha dahsyat 
lantas mengapa makanan begitu sulit didapat
oleh saudara-saudari kita
di kolong-kolong jembatan

[ Note; Saudara-saudari di kolong jembatan jarang berdoa/beribadah ? ]

Jika semua itu sakti segala maha
lantas mengapa makanan di istana-istana
begitu beragamnya

dan dengan mudahnya
menggusur dan mengusir
saudara-saudari penghuni kolong jembatan

[Note; orang-orang istana rajin beribadah !]



    YKG, 23 / 08 / 2011

Rumput Teki dan Sisyphus

Rumput teki itu sendiri
menyeruak menyelinap di celah-celah tembok
menantang kokohnya adonan alam
tetap bertahan

Tetapi, rumput dianggap tak sedap dipandang mata
suatu ketika dicabut dan dibersihkan

Berakhirkah kehidupannya?

Akarnya masih menggantung
tak akan benar-benar tercerabut
karena ia bagai sisyphus
mengarungi puncak dari lembah

Meniti lembah menuju puncak
mendorong bongkahan batu menyentuh angkasa
walau berkali-kali kembali tergelinding
selalu dari lembah ia menengadah dan mendaki



    YKG, 23 / 08 / 2011

Awan Merah

Mega-mega itu belum menyelinap
masih di tempat semula
menghalangi mentari malam
membayangi rembulan siang

Tetapi, lihatlah
ada merah saga yang merona
mulai mengusir menghalau mega-mega

Bertukar tempatkah nanti
antara mentari dan rembulan
mega-mega masih bertarung melawan awan merah
semesta belum terang walau tak tersaput gelap


YKG, 23 / 08 / 2011